MasyaAllah, Prajurit TNI ini Rutin Baca Qur'an di KRL, Alasannya Bikin Merinding

Prajurit berseragam loreng membawa senjata sudah biasa terlihat. Tapi jika prajurit membawa dan membaca Al-Qur’an di tempat umum, rasanya ini pemandangan jarang ditemukan.

Seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) berseragam loreng hijau kedapatan tengah asyik membaca Al-Qur’an di atas kereta rangkaian listrik (KRL).



Siang itu perjalanan KRL dari arah Jakarta Pusat menuju Bogor. Pada hari Kamis, (20/4/2017).

Suasana gerbong pun terasa menjadi istimewa dengan keberadaan TNI. Ia tampak khusyuk mengaji, sembari duduk di gerbong yang cukup lengang itu.

Begitu KRL melintasi kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, prajurit yang mengaji dengan suara tak terdengar itu mulai mengakhiri bacaannya. Ia memasukkan mushaf merah muda berukuran seperti laptop 15 inci, cukup besar, itu ke dalam tas ranselnya. Lalu beristirahat.

Ia bernama Suharyanto, seorang Sersan Kepala (Serka). Usianya berkisar 34 tahum tahun. Ia mengaku sudah cukup lama punya kebiasaan membaca al-Qur’an di sela-sela tugas dan kesehariannya.



Termasuk,rutin mengaji dalam setiap perjalanan di KRL ketika pergi maupun pulang dari Mako Pasmar-2, Jl Kwini II, Jakarta Pusat, tempatnya berdinas.

Rupanya, Ia ingin menjadikan kebiasaannya untuk mendekatkan diri kepa Qur’an merupakan persiapan menyambut masa depannya di akhirat kelak.

“Bekal akhirat itu salah satunya adalah membaca Al-Qur’an,” ujarnya saat setibanya di Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Related Posts:

HEBATT !!! Motor Dan Mobil Berharga Puluhan Juta Rupiah Di Amankan TNI

Personel TNI AD menggagalkan upaya penyelundupan empat unit sepeda motor Yamaha Vixon melalui hutan di sekitar perkampungan Desa Alas Selatan, Kecamatan Kobalima Timur, Malaka. Petugas menangkap seorang tersangka penyelundupan, sedangkan tiga orang lainnya berhasil melarikan diri.



Komandan Satgas Pamtas RI-RDTL, Sektor Barat, Letkol Inf M Fuad Suparlin menjelaskan, setelah diinterogasi seorang tersangka yang ditangkap ternyata pemuda asal Timor Leste. "Sesuai hasil interogasi dari anggota, yang bersangkutan mengaku bernama Martinus Bareta (26), berprofesi sebagai petani dengan kewarganegaraan Timor Leste," katanya kepada SINDOnews, Jumat (14/4/2017).


Personel TNI AD Gagalkan Penyelundupan 4 Sepeda Motor

Fuad menambahkan, setelah dilakukan pemeriksaan fisik kendaraan oleh anggota Yonif 742 SWY dari pos TNI Motamasin, ternyata empat unit sepeda motor itu tidak dilengkapi dokumen dan surat-surat resmi. "Hingga saat ini empat unit sepeda motor itu sedang dibawa ke Mako Satgas di Eban bersama seorang pemuda yang diduga sebagai pelaku penyelundupan," ujarnya.

Seperti diketahui, dua hari sebelumnya, personel TNI menggagalkan upaya penyelundupan kendaraan roda empat melalui sungai di Desa Napan, Kabupaten Timor Tengah Utara. Kali ini empat sepeda motor berwarna merah dan putih tanpa nomor polisi yang diduga hendak diselundupkan kembali digagalkan personel TNI. 

Sumber: sindonews.com

Related Posts:

WOW !!! MMA: Kuncian Tangan Antar Anggota TNI Raih Kemenangan. Bikin Lawan Keok..

Mental bertanding yang kuat ditunjukkan oleh petarung Dirgahayu Fighter 328 Depok, Badrul. Meski wajahnya sempat menerima hantaman telak dari sang lawan, Yusuf Susilo, Badrul masih mampu bertahan dan meraih kemenangan (Foto Cover: Pertarungan MMA).




Di awal laga yang disiarkan tvOne, Sabtu 22 April 2017, Badrul sempat tertekan. Yusuf beberapa kali menghantam wajahnya dengan pukulan dan tendangannya.


Wajah Badrul sempat mengeluarkan darah segar akibat terkena hantaman lutut Yusuf sebanyak tiga kali.


Tapi, Badrul tak menyerah. Dia terus memberikan perlawanan yang sengit. Hingga akhirnya, arah pertarungan berubah ke bawah. Badrul mendapatkan keuntungan.


Dalam posisi sulit, Badrul berhasil melepaskan kuncian arm bar. Akhirnya, Yusuf menyerah dan Badrul dinyatakan menang tap out.





Sumber: viva.co.id

Related Posts:

"Laporkan Kepada Saya Jika Ada Yang Mengancam Guru. Saya Punya 70.000 Senapan. Saya Akan Bereskan...!"

Seorang guru SMP di Sidoarjo diseret ke pengadilan gara-gara mencubit muridnya. Hal ini bukan kasus baru. Zaman sekarang, banyak orang tua yang melaporkan guru karena menghukum anak mereka. Padahal si anak dihukum karena melakukan kesalahan.


Aksi para orang tua ini membuat guru takut bertindak. Bagaimana nasibnya pendidikan Indonesia jika guru takut memarahi muridnya karena takut pada orang tua?


Ada kisah menarik dari Letnan Jenderal KKO Ali Sadikin. KKO TNI AL kini dikenal dengan nama Marinir, pasukan elite Angkatan Laut. Ali Sadikin diangkat jadi gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Soekarno. Dia dikenal tegas dan berani. Bang Ali membereskan semua masalah di Jakarta. Mulai dari calo tanah hingga kontraktor yang merugikan rakyat.


Yang membuat Bang Ali prihatin adalah soal kenakalan siswa di Jakarta. Beberapa anak sekolah sampai berani memukul gurunya. Para guru takut untuk memberikan hukuman karena anak-anak itu membawa senjata milik orangtua mereka yang aparat keamanan. Jika ada apa-apa, orangtua mereka pun sering mengancam guru.


Mendengar laporan ini sang jenderal Marinir marah sekali. Bang Ali menggeleng-gelengkan kepalanya karena sedih dan emosi. Bagaimana bisa murid sekurang ajar ini pada gurunya.


"Saya jadi backing para guru. Karena itu para guru tidak usah takut pada senapan yang ditodongkan kepadanya oleh murid atau orang tuanya. Saya punya 70.000 senapan. Laporkan kepada saya jika ada yang menghalang-halangi tindakan para guru. Saya akan bereskan! Ini sudah merupakan konsensus saya dengan kadapol Metro Jaya Brigjen Widodo," kata Ali Sadikin dalam memoarnya seperti ditulis Ramadhan KH.


Bang Ali berkali-kali mengancam anak-anak yang nakal dan orang tua yang membela. Dia selalu menyampaikan ancaman ini di pertemuan guru dan orang tua.


"Hanya orang tua yang bodoh, yang tak tahu diri yang selalu membela anak-anaknya yang jelas dan tak benar," teriak Bang Ali.



Setelah Bang Ali bersikap tegas, jumlah kenakalan pelajar pun berkurang. Tidak ada lagi laporan ada orang tua yang berani ancam guru. Semoga ada pejabat setegas Bang Ali yang bisa membela para guru yang benar.


Sumber: merdeka.com

Related Posts:

MENEGANGKAN, INI DIA Kisah Pertaruhan Hidup dan Mati 2 Pilot TNI AU Selamatkan Jet Tempur Sukhoi Dan Ribuan Penduduk dari Kecelakaan di Langit Jakarta...!

Kedua penerbang TNI AU ini dinilai telah melaksanakan tindakan yang tepat dan berani sehingga berhasil menyelamatkan jiwa dan alutsista, yakni pesawat Su-30MK2 yang mengalami gangguan saat mereka terbangkan. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto memberikan penghargaan kepada Letkol Pnb Anton Pallaguna dan Lettu Pnb Ahmad Finandika. (Foto Cover: Ilustrasi Sukhoi terbang rendah).




Penghargaan berupa Sertifikat “Well Done” diberikan oleh KSAU di Mabesau, Cilangkap, Jumat (21/4), dihadiri Wakil KSAU Marsdya TNI Hadiyan Sumintaatmadja, para Asisten KSAU, Pangkoopsau I dan II, Pangkohanudnas, dan pejabat lainnya.


Saat itu, 7 April 2017, Anton dan Finandika melaksanakan penerbangan dalam rangka geladi bersih HUT TNI AU ke-71 di Lanud Halim Perdanakusuma menggunakan pesawat tempur Su-30MK2 nomor ekor TS-3009.


Sesaat baru mengudara, tiba-tiba mesin pesawat sebelah kiri mengalami gangguan. Indikator “warning” di kokpit menyala. Anton menanyakan kepada Finandika yang duduk di kursi belakang untuk memastikan apakah benar mesin kiri bermasalah seperti tampak di instrumen dan dijawab betul oleh Finandika.


Sukhoi yang baru saja lepas landas menggunakan afterburner dan baru memasukkan rodanya serta posisi flap up itu, masih bermuatan bahan bakar yang banyak.


Jet tempur buatan Rusia itu dibekali 9,5 ton (24.000 pon) avtur, kapasitas maksimal yang bisa diisi. Pada ketinggian 700-800 kaki itu, tiba-tiba terasa ada sesuatu yang menabrak pesawat.


Anton dan Finandika sendiri tak melihat ada yang menabrak, namun setelah itu pesawat tiba-tiba oleng ke kiri. “Setelah pesawat oleng ke kiri, saya lihat warning penurunan kecepatan (decelerate) mesin sebelah kiri menyala. Sedangkan mesin kanan mengalami fluktuasi,” ujar Anton menjelaskan.


Untuk memastikan apakah benar mesin sebelah kiri mengalami masalah, Anton yang sedang terbang menjadi leader saat itu meminta pesawat wingman sebelah kiri untuk melihat pesawatnya.


Wingman mengatakan betul dan terlihat adanya api di mesin sebelah kiri. Anton sendiri merasakan ada lima kali ledakan di pesawatnya. Setelah itu wingman diminta untuk terbang agak menjauh sambil membantu mengawasi.


Dalam upaya mengendalikan pesawat dan mempertahankan ketinggian, Anton melihat pemandangan di depan pesawatnya adalah hamparan pemukiman penduduk yang padat.


Pada kondisi darurat itu ia berpikir cepat menghitung berbagai kemungkinan untuk dipilih mana yang paling menguntungkan agar terhindar dari musibah.


Pemikiran pertama adalah mencari landing site untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk bila kedua mesin mati tiba-tiba.


Untuk menghindari terjadinya lagi ledakan di mesin sebelah kiri, ia pun segera memosisikan mesin sebelah kiri tersebut pada posisi idle dan memaksimalkan mesin kanan untuk menambah ketinggian.


“Karena saat itu kami masih butuh ketinggian,” jelas Anton yang kemudian mempertahankan pesawatnya terbang di ketinggian 1.200 kaki.


Hal itu dilakukan selain untuk menyelamatkan pesawat, juga pada saat itu masih sekuens lepas landas bagi pesawat-pesawat lainnya yang akan melaksanakan geladi.


Seperti diketahui, dari 132 pesawat yang dikerahkan oleh TNI AU dalam geladi HUT TNI AU tersebut, sedikitnya 74 pesawat dan 152 penerbang melakukan penerbangan dari Lanud Halim.


Ada konsekuensi

Dimatikannya mesin sebelah kiri, lanjut Anton, sebenarnya bisa membawa konsekuensi di mana landing gear tidak berfungsi, generator sebelah kiri tidak berfungsi, nose wheel steering tidak berfungsi, dan perangkat-perangkat lain juga tidak berfungsi.


Namun, sekali lagi, dengan mematikan mesin sebelah kiri, paling tidak Anton berpikir pesawat yang ia awaki akan terhindar dari kemungkinan ledakan.


Setelah itu Anton menyampaikan kondisi Mayday kepada tower dan meminta prioritas pendaratan.


Anton menyampaikan bahwa pesawatnya terkena serangan burung (bird strike) karena itu yang paling mungkin terjadi melihat indikator-indikator yang menyala.


“Saya sampaikan bahwa pesawat kami kena bird strike dan meminta prioritas mendarat, walaupun saya belum tahu apakah itu bird strike atau bukan,” katanya.


Dalam briefing pagi sebelum penerbangan dilaksanakan disampaikan, apabila kondisi terburuk dialami penerbang dengan pesawatnya yang mengharuskan penerbang melakukan eject, maka daerah yang dianggap “aman” untuk melaksanakan hal itu di wilayah Lanud Halim adalah di lapangan golf atau di atas landasan.


Anton menyampaikan pesan Mayday kepada tower dan meminta prioritas pendaratan dengan harapan agar pesawat-pesawat yang ada di landasan segera menghindar. Sementara lapangan golf tidak dipilihnya karena ia tidak yakin di tempat itu sedang tidak ada orang.


Untuk mengurangi bahan bakar di pesawat sehingga bisa mendarat walau dengan kondisi batas maksimum, Anton memanfaatkan perhitungan waktu lima menit yang ia pilih.


Pertimbangannya, generator di pesawat hanya mampu menyuplai listrik selama 10 menit. Kedua, bila terlalu lama di udara pun kemungkinan-kemungkinan terburuk lainnya bisa terjadi.


Ia juga tidak langsung memilih eject, tetapi berupaya melakukan pendaratan secepatnya. “Kalau eject mungkin pilot selamat, saya selamat, tapi saya tidak menjamin kondisi di bawah bagaimana. Orang lain bisa terkena musibah,” ungkapnya.


Untuk mengurangi dan membuang sebagian bahan bakar itu, ia pun terbang berputar tiga setengah putaran dalam kurun waktu 4,5 menit sebelum mendarat.


Beruntung, saat proses pendaratan semua indikator berfungsi normal, kecuali mesin kiri yang dimatikan. Ia pun melakukan pendaratan dengan satu mesin kanan full power.


Apakah pesawat tempur Sukhoi yang bermesin ganda tidak bisa terbang atau mendarat dengan hanya satu mesin saja?


“Bisa. Tapi dalam kondisi normal. Sedangkan kami terbang pada kondisi satu mesin kiri timbul ledakan dan api sehingga harus dimatikan, sementara mesin kanan terjadi fluktuasi power,” jawab Anton.


Akhirnya, proses pendaratan pun dapat dilaksanakan dengan aman.

Anton lulusan AAU 2000 yang kini menjabat Kepala Keselamatan Penerbangan dan Kerja (Kalambangja) Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin itu menyebut kuasa Tuhan sangat berperan dalam kejadian tersebut sehingga ia dan juniornya, Finandika, bisa selamat dalam penerbangan yang mengalami masalah itu.


Demikian juga dengan KSAU yang menekankan dalam sambutannya. “Ingat, kejadian tersebut bukan karena kehebatan yang dimiliki, tetapi berkat seizin Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, maka kalian berdua terhindar dari malapetaka. Syukuri sekaligus jadikan pengalaman tersebut sebagai pelajaran yang berharga dan bagikan pengalaman tersebut kepada aircrew sehingga profesionalisme penerbang TNI AU terus meningkat,” kata Hadi Tjahjanto.


Di akhir sambutannya KSAU juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pangkoopsau II dan Komandan Lanud Sultan Hasanuddin beserta segenap jajarannya.




Related Posts:

Priiiittttt...!!...Kisah Lucu Kepala Staf TNI AD Ditilang Polisi di Jalan Malioboro

Seorang polisi menyetop orang nomor satu di TNI AD itu. Sang Polisi menasihati panjang lebar soal peraturan lalu lintas. Ada teladan yang diberikan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Mayor Jenderal Bambang Soegeng. Walau menjadi orang nomor satu di TNI AD, Bambang Soegeng menurut saja ketika dihentikan polisi di jalan raya.



Bambang Soegeng memang hobi naik sepeda motor. Ceritanya tahun 1952, sang Jenderal sedang berada di Yogyakarta. Dia meminjam motor milik Haryadi seorang pelukis. Melajulah Bambang dengan motor keliling Yogyakarta.


Sampai di Perempatan Tugu, Jl Malioboro, ada lampu lalu lintas yang menyala kuning. Dia menyangka habis lampu kuning pasti lampu hijau, Bambang pun tancap gas. Tahunya malah lampu merah yang menyala.


"Priiiittttt!!" Seorang polisi menyetop Bambang yang saat itu berpakaian sipil alias tak pakai seragam.


Bambang berhenti. Polisi itu menasihati panjang lebar soal peraturan lalu lintas. Dia kemudian meminta SIM milik Bambang.


Namun betapa terkejutnya polisi itu saat melihat SIM. Pria di depannya adalah Kepala Staf TNI AD Mayor Jenderal Bambang Soegeng. Pada saat itu TNI AD masih dipimpin jenderal bintang satu dengan pangkat mayor jenderal.


"Siaap Pak!" si polisi langsung berdiri tegak memberi hormat. Mungkin agak tegang juga mengetahui baru saja mau menilang Kasad. Namun dengan bijaksana Bambang Soegeng mengaku salah. Dia tak marah pada polisi itu. Atau menggunakan kekuasaannya supaya lolos dari jerat hukum. Padahal dia pemimpin dari seluruh prajurit angkatan darat. 


"Memang saya yang salah. Saya menerima pelajaran dari Pak Polisi," kata Bambang Soegeng.


Kisah ini dimuat dalam buku Panglima Bambang Sugeng, Panglima Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949. Buku tersebut ditulis oleh Edi Hartoto dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2012.


"Hal itu masuk berita di koran Yogya, keesokan harinya saya berkesempatan membacanya," kata Putra Bambang Soegeng, Bambang Herulaskar soal kasus Kasad disetop polisi tersebut.


Endang Ruganika, putri sulung Bambang Soegeng mengisahkan hal lain soal kepatuhan ayahnya berlalu lintas. Saat itu Bambang Soegeng hendak pergi ke Jawa Tengah. Namun saat sampai Cirebon, dia baru sadar SIM ketinggalan.

"Bapak menyuruh pembantu pulang ke Jakarta untuk mengambil SIM," tulis Endang dalam buku tersebut.


Sumber: merdeka.com

Related Posts: